Mahasiswa UMY Ajukan Inovasi Baru Untuk Media Tanam In Vitro
YOGYAKARTA — Myrmecodia pendans atau lebih dikenal sebagai Sarang Semut merupakan salah satu tanaman yang umum digunakan sebagai bahan pengobatan alternatif. Tanaman ini kaya dengan kandungan flavonoid, tannin, tokofeRol, dan multimineral yang bermanfaat sebagai obat berbagai macam penyakit seperti sesak nafas, batuk TBC, tekanan darah tinggi, rheumatik, asam urat, gangguan jantung hingga untuk pengobatan kanker. Namun budidaya tanaman sarang semut secara alami masih memiliki kendala, seperti adanya semut (Iridomyrmex cordatus) yang memakan benih dari tanaman sarang semut. Juga kemungkinan adanya sifat anakan yang tidak sama dengan induknya yang akan menurunkan kualitas tanaman sarang semut sebagai bahan baku obat.
Menyadari pentingnya kebutuhan untuk memperbanyak tanaman sarang semut, melestarikan tanaman sarang semut dan juga manfaatnya sebagai bahan baku obat tradisional, tim PKM-P (Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengajukan penelitian dengan judul “Pepusumepe Tasase In Vitro: Pemanfaatan Pumkins dalam Substitusi Medium Perbanyakan Tanaman Sarang Semut secara In Vitro” untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Teknik budidaya In Vitro diajukan sebagai sebuah alternatif untuk menghasilkan tanaman Sarang Semut yang berkualitas. “Kultur in vitro adalah menanam menggunakan jaringan tanaman baik berupa sel, jaringan, atau organ seperti potongan daun, ruas akar, ruas batang, embrio atau potongan lainnya ke dalam botol kultur dengan media dalam bentuk gel dan kondisi aseptik . Kelebihan teknik ini yaitu dapat memperbanyak tanaman secara cepat dengan tetap mempertahankan keseragaman genetik, melestarikan plasma nutfah, dan mampu memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara cepat,” ungkap Amira Firza, mahasiswa Agroteknologi angkatan 2015 UMY selaku salah seorang anggota tim PKM-P tersebut dalam rilis yang diterima oleh Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY pada hari Sabtu (14/7).
Pembudidayaan dengan teknik in vitro biasanya dilakukan dengan menggunakan bahan media yang berasal dari kimia sintetis yang memerlukan biaya cukup mahal. Ini yang kemudian berusaha diatasi tim PKM-P ini dengan memberikan inovasi baru yaitu penggunaan media pengganti yang berasal dari labu. “Media pengganti yang kami ajukan dalam penelitian ini maksudnya untuk mengganti nutrisi yang biasanya adalah kimia sintetis dengan labu. Labu ini kemudian kita olah dan tambahkan bahan lain menjadi gel sebagai media budidaya supaya dapat digunakan sebagai sumber nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam proses budidaya. Ini tentu akan membuat proses budidaya yang mahal dapat dipermudah secara biaya karena bahannya sangat mudah didapatkan seperti di pasar tradisional.” ujar Ilyas Al Akbar, mahasiswa Agroteknologi angkatan 2015 UMY yang juga merupakan ketua dari tim ini.
Ilyas menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh timnya saat ini sudah mencapai 85 persen. “Alhamdulillah penelitian ini berjalan dengan baik, hipotesis sementara yang bisa kami ambil dari pengamatan ini adalah labu baik digunakan sebagai media substitusi dalam perbanyakan tanaman sarang semut. Karena pertumbuhan yang dihasilkan sama dengan penggunaan bahan kimia sintetis. Namun hasil itu masih hipotesis, tim kami akan segera melakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik,” jelasnya. Ilyas juga menyebutkan bahwa penggunaan labu dalam budidaya in vitro merupakan inovasi baru. Tim PKM-P ini berharap penelititan yang mereka lakukan dapat menjadi kontribusi untuk ilmu pengetahuan baru terhadap penggunaan labu sebagai media substitusi atau dapat menjadi acuan penelitian yang lebih lanjut.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow